Domi
diam ketika melihat Dinda menangis meraung-raung di saat meriahnya tahun baru.
Suara letusan kembang api sambung-menyambung di udara. Dari kejauhan terdengar
suara terompet bersahut-sahutan.
"Nda gak mau masuk, ma. Nda mau terompet!!” jerit Dinda sambil menarik
baju ibunya yang akan membawa ia masuk ke dalam rumah. Ingin rasanya Domi memberikan
terompet yang ia punya namun yang dilakukannya hanya diam sampai Dinda masuk ke
dalam rumah.
Saat Domi akan masuk ke dalam rumah, tiba-tiba mama Dinda memanggilnya.
"Domi, sini nak. " Domi menghampiri seorang ibu yang wajahnya
terlihat penuh kasih sayang. Dinda mengintip sambil menangis dari balik badan
ibunya.
"Tolong temani Dinda beli terompet ya. Ibu sibuk mengurus adiknya. Ini
uangnya." Mama Dinda pun memberikan selembar uang. Domi mengangguk
antusias. Wajahnya tersenyum penuh suka-cita. Lelaki kecil berusia enam tahun
itu mulai menggandeng tangan Dinda yang masih terus saja menangis tanpa
berhenti.
Sesampainya di tempat jualan terompet, Domi pun membeli sebuah terompet
berwarna merah lalu menyerahkannya kepada Dinda yang masih terus menangis.
"Dinda diam yah. Ini koko punya sebuah terompet untuk Dinda." Dinda
masih tetap menangis.
“ Dinda mau dibelikan es krim?" Dinda masih menggeleng.
Domi pun berusaha buat
membujuk Dinda. Saat melihat ke atas, ia melihat kembang api. Domi mempunyai
ide agar Dinda bisa tersenyum bahagia.
"Dinda lihat ke atas. Kembang apinya bagus! “ Domi menunjuk ke arah langit.
Dinda mengikuti telunjuk Domi. Dinda hanya memandang tak berkedip. Ajaib! Ia
berhenti menangis. Dinda tersenyum melihat kembang api di langit. Domi bahagia
melihat senyum Dinda. Saat itu juga ia berjanji akan selalu melindungi Dinda.
“Ayo Dinda kita tiup terompet ini! “ Mereka pun meniup terompet secara
bersamaan.